DIBALIK MISTERI KEGALAUAN TUGAS AKHIR
07.45.00
“Kami, pejuang Skripsi meneriakkan:
Semangat pagi, Semangat Lima-Lima!”
Tugas Akhir? Skripsi? Baiklah, pokok bahasan
mainstream yang selalu sukses membuat hidung mahasiswa tingkat akhir lupa
menyerap oksigen sementara waktu dan membuat mata membelak, memancarkan tatapan
nanar. Dengan sangat menyesal, saat
ini bahasan tersebut selalu berhasil menjadi headline dimana mana, sebagai
wujud sindiran bagi kaum tersebut.*Play: Air on G String
Untuk sebagain manusia golongan semester delapan ke
atas yang masih mendekam di kampus tercinta, ungkapan “yang Muda yang Berkarya”
saat ini seakan berubah menjadi “Kami yang Muda: yang Baru Galau dan Merana”
*Wa'azubillah. Jauhkan hamba-Mu ini dari pemikiran-pemikiran tersebut!
Tetapi memang tidak bisa dipungkiri lagi, sumber kegalauan
para jamaah semester akhir tentu saja dipicu oleh sengketa pribadi: Tugas Akhir. Betul? Dan kemudian muncullah benih-benih kegalauan-kegalauan
lain yang bersemi, menambah semaraknya kebun kegalauan di dalam dada. Entah itu
cinta, rahasia, dan perkara-perkara superminor lainnya. Mirisnya, sering kali
kita memilih mengusir kebosanan tugas akhir sejenak dengan cara mengedepankan
pemikiran-pemikiran hal-hal konyol super minor tersebut! *Sungguh hiburan bodoh dan
upaya menghibur yang payah! *Ups.. tapi terkadang Ane juga terjebak dalam posisi ini
kok. Terlebih kalau ada pemicu yang membahas “soal ini”. Skip,
saya sedang tidak ingin membahas soal “begituan". Perlu berlembah lembar opini itu yang "tadi itu"
Farewell ceremony Tip 2012
Jujur, sadar atau tidak kita sadari, atas nama mahasiswa tingkat akhir, Tugas Akhir (re: Skripsi) sebenarnya bukanlah objek real yang “ Paling Ditakutkan”. Karena tentu saja ada hal lain yang lebih menakutkan dan lebih perlu dikhawatirkan, yakni bayangan samar mengenai “Kehidupan” setelah kita menyelesaikan Tugas Akhir! Setelah selempang dikalungkan, setelah tali toga dipindahkan dari arah kiri ke kanan, setelah ceremony ucapan selamat bertaburan dimana mana, setelah hati lega dan berbunga-bunga, ada hal lain yang sudah siap menanti dan menyambut kita sejak lama. Berdiri disana dengan segala kesabarannya selama ini: Tanggung Jawab Terhadap Hidup Kita Sendiri Setelah Kuliah.
Jujur, sadar atau tidak kita sadari, atas nama mahasiswa tingkat akhir, Tugas Akhir (re: Skripsi) sebenarnya bukanlah objek real yang “ Paling Ditakutkan”. Karena tentu saja ada hal lain yang lebih menakutkan dan lebih perlu dikhawatirkan, yakni bayangan samar mengenai “Kehidupan” setelah kita menyelesaikan Tugas Akhir! Setelah selempang dikalungkan, setelah tali toga dipindahkan dari arah kiri ke kanan, setelah ceremony ucapan selamat bertaburan dimana mana, setelah hati lega dan berbunga-bunga, ada hal lain yang sudah siap menanti dan menyambut kita sejak lama. Berdiri disana dengan segala kesabarannya selama ini: Tanggung Jawab Terhadap Hidup Kita Sendiri Setelah Kuliah.
Ketika dihadapkan padanya, muncullah
pertanyaan-pertanyaan super mainstream (saya yakin semua mahasiswa tingkat akhir hafal dengan pertanyaan ini):
Jadi, Sudah “Siapkah” anda? Sudah “Bersiapkah” Anda? “Seberapa Siapkah” Anda? Apa “Rencana” Anda setelah kuliah?-Pertanyaan pertanyaan menohok memang-
Apa “Rencana” Anda setelah kuliah?Apa “Rencana” Anda setelah kuliah?APA "RENCANA ANDA SETELAH KULIAH?
Pemikiran-pemikiran soal masa depan membuat sebagian
dari kita bersemangat dan memaksa sebagian lainnya untuk merelakan respon “khawatir secara berlebihan”. Untuk saya sendiri mungkin yang ditengah-tengahnya? 75%-35%. Tapi percayalah saya sedang berusaha menjadi golongan orang yang
tidak fasik. Bismillahirahmanirahim!
Untuk katagori pertama tentu mereka saat ini sedang
sibuk menyelesaikan tugas akhir dan merancang step-step menuju target-target
selanjutnya dengan penuh Semangat 55. Untuk jamaah kategori kedua? hmm.. mungkin
mereka akan memilih untuk membuat sepuluh ribu satu upaya “Menyibukkan Diri” (NB: “Menyibukkan Diri” dengan tindakan dan
prilaku yang cenderung negative dan wasting
time). Tentu saja hal tersebut
dilakukan sebagai bentuk upaya alibi untuk menghindari kiat-kiat
menyelesaikan tugas akhir. Re: M E N U N D A.
Ya, saya rasa tidak hanya faktor ‘malas’, ‘mager’
ataupun ‘dosen’, atas peristiwa: Tertundanya Tugas Akhir. Faktor penundaan sedikit
banyak juga dipengaruhi oleh pertanyaan: ABIS LULUS LU MAU NGAPAIN?
Ketika seseorang belum siap untuk memiliki tujuan,
mungkin tajamnya beberapa pertanyaan yang tercetak tebal diatas membuat seseorang
lebih memilih untuk menunda-nunda tugas akhir. Tak urung penundaan tersebut
juga dijadikan tameng pelindung kedudukan
seseorang sebagai manusia yang memiliki hidup
dengan status sosial ditengah masyarakat millennium. Suatu ketika dihadapkan
kalimat bersamurai tadi, jawaban yang sangat mungkin terlontar adalah: AKU KAN MASIH
BERSTATUS SEBAGAI MAHASISWA? *Saya membayangkan dengan nada
pengucapan agak meninggi
Disamping itu pertanyaan-pertanyaan menyayat hati
tadi, keadaan juga didukung dengan “fenomena” yang berasal dari kehidupan kakak
tingkat alumni kampus. Fenomena yang menjadi bahsan gossip paling favorite
untuk sebagian jamaah, ”Eh Itu si mas itu sama Itu si mbak itu.. mereka lulus
dari Februari kemarin sampe sekarang masih nganggur aja..”.
Hemm… saya rasa itu upaya penyelamatan tindakan “Menunda
Skripsi” dengan cara mengkambinghitamkan alumni. Atau itu hanya opini
saya saja? Karena pada nyatanya kita juga tidak bisa langsung meng-judge dan memberi level seseorang begitu saja. Bisa saja kan mereka baru nunggu pengumuman S2? Atau on process di recruitment?
Berdasarkan apa yang saya alami saat ini, polemik
pribadi mengenai penundaan Tugas Akhir memang paling besar disponsori oleh: Kekhawatiran Semu Akan
Masa Depan. Beberapa waktu lalu seseorang pernah berkata pada saya: Ada dua
golongan Mahasiswa tingkat akhir, yaitu sebagai berikut:
1. Mahasiswa pesimis: mereka yang akan mencari peluang kegagalan disetiap kesempatan.
1. Mahasiswa pesimis: mereka yang akan mencari peluang kegagalan disetiap kesempatan.
Mungkin ini yang sangat terinspirasi dengan “fenomena” kehidupan fresh
graduate yang belum memiliki status sosial.
2. Mahasiswa
optimis: mereka yang akan selalu mencari
kesempatan di peluang sekecil apapun.
Dan mungkin ini adalah
mereka mau dan siap menyongsong kehidupan esok dengan penuh semangat untuk
mengejar mimpi mereka.
Jadi sebenarnya, kita mau memilih yang mana? Mengapa
harus melihat kehidupan orang lain dulu sebelum mengambil kesempatan dan
bertawakal di dalamnya?
Hmm... disini saya sangat mengerti posisi sebagai angkatan semester akhir di kampus. Tugas Akhir saya pun juga belum kelar. *Seminar aja belum :"). Masih Banyak Banget Yang Harus Dikelarin! Untuk mendapatkan gelar "S.TP" Ayo, perlahan tapi pasti, jangan lupa menghibur diri dengan bersyukur
Masih Terlalu Awal Untuk Menyerah dan Merasa Lelah. Jadi Ayo Senyum Dulu!!!
Tugas akhir itu seperti Pilihan. Dan Dalam Pilihan Sebenarnya Ada Kesempatan. Kesempatan untuk nanti atau sekarang? Kesempatan yang mudah berpaling bersamaan dengan waktu.
Ya. Waktu. Makhluk yang tak berhati.
Salam Semangat
Mahasiswa Tingkat Akhir!
dida KHF
0 komentar