dirgahayu ke-71 Indonesia, Sudah Berani Me-Merdeka-Kan Diri Hari Ini, Perempuan(?)
00.22.0017 Agustus 2016.
(Officialy) Hari kemerdekaan untuk seluruh Bangsa Indonesia! Termasuk juga bagi kami yang saat ini masih berada di Kota Khon Kaen, Thailand.
Hari kemerdekaan kali ini agak berbeda bagi saya, karena untuk pertama kalinya saya merayakan semarak Independence Day di luar Indonesia, dan sensasinya memang berbeda. Walaupun saya, beberapa orang teman saya dan para mahasiswa Indonesia yang tergabung dalam PPI Thailand/ Permitha (Perhimpunan Mahasiswa Indonesia di Thailand) merayakan dengan sangat sangat sederhana, dengan sangat sangat biasa biasa saja… walaupun segelintir manusia manusia di Khon Kaen ini tidak didelegasikan seluruhnya ke KBRI yang terletak di Bangkok..walaupun tanpa kebaya, tanpa upacara megah….
Tapi entahlah ada seberkas semilir “Rasa Nasionalis” yang berbeda. Lagu Indonesia Raya hingga Fa-Sol-La-Si-Do lagu Bendera dari Band Coklat dengan mudahnya mengendap masuk dan “Menggelitik” di dalam dada.
Berbagi senyum, ataupun sekedar berbagi “Tradisi Games 17-an” dengan “orang lain” seakan menjadi kebanggaan tersendiri. Ya setidaknya di perayaan Independence Day ada beberapa orang dari negara ASEAN bergabung. Thailand, Vietnam, Laos, dan Kamboja.
Akar-akar “Rasa Kekeluargaan” masing masing dari kami (Permitha i.d Khon Kaen) tumbuh begitu cepat dan liarnya. Belum genap 2 x 24 jam kami bertemu, namun rasanya benar-benar kami merasa “Dari Asal” yang sama.
Tertawa Merdeka dengan perasaan damai. Kebun bunga bermekaran, dan Kupu-kupu berputar putar di dalam perut hingga ke relung dada. Ok yang ini sangat kiasan! What a Day!
Next….
17 Agustus 2016
Selain menjadi hari kemerdekaan Indonesia bagi seluruh WNI, sepertinya hari ini juga menjadi momentum untuk memunculkan banyak sekali sub sub topik berbau bau “Merdeka” bagi mereka mereka yang berkepentingan di sosial media. Selain hartag nasional #AYOKERJANYATA atau #ID a.k.a #INDEPENDENCEDAY tahun ini juga marak hastag #PEREMPUANINDONESIAMERDEKA. Ya setidaknya dari pengamatan peribadi, beberapa official account Instagram dalam beberapa hari terakhir ini menggunakan hastag tersebut..
Topik Soal “Perempuan” adalah topik favorit Saya. Dan sepertinya juga menjadi topic favorit kebanyakan orang. Walaupun hanya sekumpulan “Sembilan Huruf Abjad”, satu kata itu tidak ada habisnya untuk dikupas. #TitikKoma
#PEREMPUANMERDEKA mungkin saling berkolerasi (dan saya rasa menjadi sedikit rancu dengan sub topic #PEREMPUANMODERN atau #KARTINIMODERN #PEREMPUANCERDAS dan sebangsa sebangsa itu lah ya…) Ya beberapa sub topik itu saling berkaitan sih, bukan sebuah hirarky bertingkat, bukan sebuah diagram alir ke bawah, namun seperti sebuah siklus yang saling terhubung untuk menjalin sebuah hubungan kontinu sebab-akibat.
"Perempuan Merdeka Adalah Mereka yang Percaya Terhadap Dirinya Sendiri"
Saya Selalu terkagum dengan mereka mereka yang percaya diri. aura Termahal yang dimiliki seorang Kaum Hawa..Perempuan Merdeka ia lah mereka yang Selalu percaya diri "Dalam Hal Apapun". Percaya diri atas semua hal yang ada dalam dirinya, fisk, jasmani, intelektual dan rohaninya. Mereka sesosok pemberani yang mau "Mengekspresikan" dan"Membebaskan" dirinya.
Sosok yang sangat mengenali dirinya sendiri hingga sangat tau betul apa kelebihan dirinya, keunikannya, dan bagaimana cara mengatasi kelemahannya. Ia bisa menerima dan mengenali "Siapa" dirinya sehingga fasih untuk memberikan penanganan yang tepat.Mereka yang Percaya diri tidak akan pusing memikirkan hal-hal kecil seperti "Meng-compare" dirinya Terhadap orang lain. Jadi, Bukankah Perempuan Percaya Diri adalah definisi utuh untuk Perempuan Merdeka?
Terdengar sangat mengaggumkan bukan?
“Perempuan Merdeka Adalah Perempuan yang Terbebas Dari Perbudakan”
Merdeka, Bebas, Lepas dari Perbudakan, Penghambaan, Penjajahan. Setidaknya itulah definisi asli dari kata ‘Merdeka”. Check: (definisi kata merdeka). Perbudakan disini bukan hanya soal penganiayaan, pembatasan, KDRT, peng-hambaan, dan sinonim sinonimnya itu. Perbudakan modern ini juga bukan lagi bahasan melulu soal penjajahan ekonomi, trend, fashion dan kelap kelip kunang-kunang dunia. That’s too mainstream bebs..
Perempuan merdeka adalah perempuan yang sudah mempeka-kan diri pada topik: “Metamorfoasis Perbudakan”. Perbudakan yang sangat akrab dengan pribadi kita, sehingga terkadang beberapa orang dari kaumnya sendiri tidak bisa mengenali wujud “penghambaan” itu, siapa yang memperbudak, bagaimana proses dan terlebih dampak yang ditimbulkan. Perbudakan fatamorgana adalah perbudakan paling sadis. Perbudakan oleh hati dan hawa nafsu. Perbudakan paling licik karena perbudakan itu kita lakukan oleh diri kita sendiri kepada diri kita sendiri juga. Mari dibuat kalimat singkat:
Penjajahan Oleh Diri Sendiri!
"Perempuan Merdeka adalah perempuan yang berani mewujudkan ekspektasinya menjadi sebuah realita hidup”
*Saya cenderung lebih suka menggunakan kata “ekspektasi” sekarang dibandingnkan dengan “mimpi”. Ekspektasi lebih banyak meninggalkan pesan “pola”, “kreatifitas dan imaji”, “mimpi”, serta “keinginan kuat”, yang terancang apik saat diri kita masih terjaga. Ekpektasi seperti halnya mimpi dengan mata terbuka… khayalan tingkat tinggi dengan telapak kaki masih menginjak bumi, juga bukan hanya buah dari lamunan di jam satu siang.Ya walaupun pengertian saya ini “sedikit” melenceng dari KBBI ataupun sudut pandang orang lain ya…Seringkali seorang perempuan bermimpi, mendesain apik mimpi itu, dan…. selesai. Cukup sampai disitu. Padahal seharusnya ada pijakan-pijakan lagi yang harus dilalui sebelum simpul-simpul proses itu diputus begitu saja. Ada yang harus diingat sebelum perempuan terkena “Alzhimer” di proses hidupnya. Spesifikasi tujuan, transformasi keyakinan menjadi keberanian, konversi semangat dan energy, belajar dan berusaha, hingga simpul bertawakal seharusnya juga dilalui oleh setiap pencipta desain itu secara kontinu. Tidak ada proses yang terhenti. Tidak ada tanda titik, yang ada hanyalah #TitikKoma.
Namun memang ada faktor-faktor eksternal yang tentu saja membuat individu cenderung memunculkan perasaan ragu dan perasaan-perasaan negative lainnya. Kebimbangan-kebimbangan nyata yang menguasai hati disetiap persimpangan-persimpangan jalan hidup terkadang membuat masing-masing dari kami lupa tujuan dan sibuk terjerumus untuk sekedar melebur dengan tipu daya rasa bimbang itu. Ah, kita memang banyak berfikir bukan?
Belum lagi perasaan malas hingga lelah. Saya juga sering mengalami hal ini. Up and Down. Up and Down! Tapi setidaknya mari kita belajar menjadi Perempuan Merdeka! Perempuan yang berani “Berjinjit” untuk menata batu bata-batu bata di kerajaan hati kita sendiri. Semangat 55!!
Spesifikasi dari sub topic standar hidup disini adalah: Labelling! (Click link for definition).
Sering kali kaum perempuan manjajah hati mereka sendiri akibat Label dari orang lain. Perjuangan dirinya, tingkah lakunya, kepribadiannya dibuat seapik mungkin untuk menuruti kesan baik, harapan dan ekspektasi dari orang lain. Bisa dikatakan dengan kalimat sederhana: Selalu menempatkan perubahan atas dirinya demi terlihat baik dimata orang lain.
Sadarkah kita pujian-pujian dari orang lain terkadang berubah menjadi pisau tajam yang mengancam keikhlasan kita? yang siap menggoyahkan kita untuk menjadi pribadi yang sombong? untuk mempengaruhi kita untuk menjadi diri kita yang imitasi?
Pujian adalah cara terhalus dari labeling. Pujian adalah Berkah, sekaligus ujian bagi diri kita.
Sebelum dan sesudah kita mendapatkan pujian dari orang lain atas perilaku kita, tentu ada perasan berbeda dari diri kita. Kita akan cenerung untuk menempatkan diri kita selalu seperti itu, sesuai pandangan orang lain terhadap kita. Example:
Ketika ada seseorang yang selalu menyisihkan sedikit uangnya kepada mereka yang membutuhkan, dan ada orang lain yang sengaja atau tidak sengaja melihatnya, maka besar kemungkinan orang itu akan di cap sebagai seseorang dermawan. Satu pujian mungkin tidak berpengaruh kepada keikhlasan kita, namun dua, tiga, lima puluh dua, seratus hingga seribu tiga label “dermawan”, mungkin akan membuat kita “sedikit berubah”, sedikit berbelok dari niatan awal kita. Jika kita tidak menutup telinga! Jika kita tidak segera melupakan pujian itu... Huft, pujian itu hanya akan mengantarkan kita ke lubang hitam. And good bye!
Dan jika satu Ketika kita menyadari, lalu berhenti sejenak dan berfikir: Apakah sekarang aku ikhlas memberikan uang ini kepada mereka? ataukah aku hanya ingin mendapatkan pujian dan doa?
Lalu mungkin kita baru akan menyadari ada yang keliru di sistem itu.
*seseorang pernah berkata: jika kita menemukan ada yang keliru dengan "keikhlasan" maka disitulah sebenarnya Allah sedang berbicara, dan memberikan kesempatan lagi untuk memperbaikinya..
Begitu halnya dengan upaya perjuangan diri menjadi lebih baik. dan topik topik lainnya.
Apakah kita yakin perubahan itu untuk diri kita sendiri? Atau kah hanya kita ingin “terlihat” di mata orang lain? ataukah hanya sekedar untuk di post di media-media sosial? atau kah karena sekedar ikut-ikutan? ataukan hanya sekedar emosional menggebu setelah “meng-compare” hidup kita dengan hidup orang lain? lelah rasanya menelusur jalanan ini. Bukankah lebih sederhana jika kita menutup telinga, dan menjadi diri kita sendri? Merancang path path kita sendiri tanpa ada orang lain yang mengetahuinya. Menajdi Diri Sendiri! atas dasar titah “celupan warna” dari Sang Ilahi.
Hanya itu? Tentu tidak. Pujian rupa? Pujian akhlak? Ah... Banyak sekali jika mau hitung. Kita benar-benar ada di tengah ladang ranjau!
“Perempuan Merdeka adalah Perempuan Yang Berani Me-Merdeka-kan Hatinya Sendri”
Perempuan yang pantang menyerah untuk bertarung dengan tanda tanya-tanda tanya yang semakin memenuhi otak dan hatinya. Berani menghempaskan tonggak disetiap titik-titik kebimbangan hatinya. Perempuan merdeka adalah perempuan yang berani mengibarkan Bendera Merah Putih di pinsip hidupnya. Merah untuk Keberanian hati, dan putih untuk Keikhlasan Jiwa. Merah untuk sisi Tangguh, putih untuk sisi Lembut. Perempuan yang mau mutlak menang dengan kerelaannya untuk bisa merengkuh keberkahan di sepanjang titah kehendak-Nya atas hidupnya.
Menjadi perempuan merdeka itu tidak mudah, namun semua perempuan sebenarnya bisa melakukannya. Termasuk Saya, dan Kita.Jadi,Siap Menjadi Kaum Perempuan Merdeka?
#AYOKERJANYATA!#MERDEKA!!
dida KHF
0 komentar