2015:"Have A Brave Heart!"
21.55.00
Tulisan ini “Secara Singkat” saya rangkum dari buku
diary 2015 saya.
Saya sendiri memilih alunan dari Alan Walker-Faded dan duduk diteras Dongeng Kopi, Babarsari sambil membiarkan jari-jari ini menari diatas toots keyboard laptop.
(21 Oktober 2016)
Ada sebuah
pesan what’s up masuk:
…
perbincangan pribadi ….
Ms. Dany : “Oh
Iya Nduk, aku boleh minta foto-fotomu waktu sakit kemarin? Temen dokterku yang
waktu itu ngasih kamu resep nanyain kabarmu. Boleh dia minta fotomu lagi? dan
kalau boleh…[text]
…perbincangan
pribadi….
Percakapan dengan sepupu yang seakan mengajak saya untuk kembali
menengok masa itu.
Empat angka yang (insya Allah) tidak akan pernah saya lupakan,
2 0 1 5
#Titikkoma ;
-----------FLASH BACK----------
Minggu 1-3 (The Wild Monset Inside Of Me)
Berawal di Bulan Juni 2015, saat
itu hari minggu yang cukup cerah. Tentu saya tidak menyangka temaramnya
matahari senja sekaligus mengantarkan sebuah bingkisan “hantaman” keras di 21
tahun umur saya. Hantaman yang datang bersama dengan secangkir teh hangat. ‘Secangkir
teh’ yang sudah saya lupakan rasanya, namun masih sangat lekat diingatan saya
bagaimana “dampaknya”. Baik itu dampak fisik, spiritual dan rohani. Meniru perkataan salah seorang sahabat saya: Dampak yang kemudian memisahkan kehidupan saya menjadi dua: Sebelum Sakit, dan Setelah Sakit.
Dampak yang masih saya ingat betul rasanya, hingga saat saya mengetik
tulisan ini..
Entah apa yang masuk di tubuh saya
sebenarnya, saat itu di pagi Bulan Juni (2015) yang sangat biasa, saya
terbangun dengan perasaan yang sangat luar biasa terkejutnya! Rasa sakit yang saya maksud adalah rasa sakit, perih, panas, dan “kencang” di
area sekitar muka saya. Dan semua itu terjadi secara tiba-tiba Tentu saja
air mata berlinang bersama badai di dalam dada:
H+3 Pasca operasi dr. Soebono (July, 2015) |
Apa yang terjadi dengan mukaku?Apa yang harus aku perbuat?Sakit! Sakit! Sakit!
Jeritan-jeritan keras silih berganti dalam diamnya cakap.
Gejala awal sebenarnya sudah saya
rasakan ketika senja di hari sebelumnya. Hawa panas bercampur sakit yang
menjalar di area badan bagian atas sudah memunculkan dampak hebat di pagi
harinya.
Tentu saja, atas nama makhluk
yang memiliki emosi, saya juga pun perempuan biasa yang tentu sudah dipastikan mengalami
shock berat atas kejadian itu. Perasaan sakit secara fisik sekaligus
hancur secara perasaan. Putus asa. Bingung, Malu, dan Marah Kepada Diri Sendiri
tentu saja. Ingin sekali saya menyalahkan suatu hal. Namun apa? Namun siapa?
Namun untuk apa? Namun apa gunanya? dan Saya memutuskan untuk lebih memilih
untuk menenangkan diri sendiri.
Saya benar benar menjadi pendiam,
mengurung diri di kamar di minggu pertama. Saya selalu menutup diri, dan selalu
berkata bahwa saya dalam keadaan baik-baik saja kepada semua orang, termasuk
keluarga saya sendiri. Saya selau mengatakan jangan khawatir, saya bisa mengatasinya.
Namun, jika mereka tau.. namun jika saya
mau jujur, sebenarnya saya tentu dalam keadaan tidak baik-baik saja. Saya
sangat kalut dalam ketakutan yang saya ciptakan sendiri. Saya sangat tertekan dan saya tidak bisa mengahadapi diri saya
sendiri.
Saya absen dari dunia kampus sekitar 2-3 minggu. Dan tak ada satu orang kampus pun yang tau kemana hilangnya seorang manusia bernama Dida. Pada saat itu saya hanya keluar rumah untuk keperluan sangat sangat sangat mendadak: Bolak Balik Rumah Sakit
Saya absen dari dunia kampus sekitar 2-3 minggu. Dan tak ada satu orang kampus pun yang tau kemana hilangnya seorang manusia bernama Dida. Pada saat itu saya hanya keluar rumah untuk keperluan sangat sangat sangat mendadak: Bolak Balik Rumah Sakit
Minggu 1 di Pulau Seliu (Agustus, 2015) |
Lama mengurung diri, lama
kelamaan saya benar-benar lelah. Saya lelah untuk berputus asa. Saya lelah membenci diri saya sendri.
Saya rasa itulah kalimat yang tepat untuk mendiskripsikan perasaan saya saat
itu. Cukup sudah saya menyiksa diri saya sendiri, heeeh…
rasa sakit fisik saja sudah lebih dari cukup.
Saya mencoba untuk berani
menerima kenyataan, dan mencoba untuk bangkit dan bersikap seperti biasa lagi. Dan
dititik itu sungguh dorongan dari orang-orang terdekat sangat membantu saya,
terutama dari keluarga inti saya. Dari
titik itu saya baru ‘Merasakan’ apa makna dari kata:”Berani”, “Ikhlas” dan
“Semangat”. Tiga rasa yang mendorong saya untuk berani beraktivitas seperti
biasa, berani untuk masuk kuliah dan bertemu dengan manusia-manusia lainnya.
Berani untuk terus menghadapi perisai perisai huruf yang berdatangan dengan
wujud pertanyaan-pertanyaan dari kebanyakan mulut manusia. Berani untuk terus percaya
diri ketika orang lain menatap saya dengan lirikan aneh, lirikan penuh tanda tanya, atau bahkan lirikan 'jijik'? Lirikan lirikan tajam yang sungguh menghunus inti hati kecil saya. Namun kekuatan untuk 'survive' selalu datang lagi ketika saya sedang down karena prinsip ini:
Siapa lagi yang akan mencintai diri kita jika bukan diri kita sendiri?
Minggu Ke-4 dan 5 (Its All About Up and Down)
Penyakit saya semakin parah, menjadi-jadi. Keputusasaan muncul lagi ketika saya Benar Benar Lelah untuk bolak balik rumah sakit, gonta ganti dokter ini itu, menelan obat-obat tiga kali sehari layaknya permen ABC, diet ini itu, tak boleh makan ini itu, dan tentu saja selalu ada berlembar-lembar potongan kertas bergambar Soekarno-Hatta harus dikeluarkan setiap seminggu sekali. Yang saya dan keluarga (kami) lakukan hanyalah tawakal dan sabar. Sungguh, kala itu saya benar benar merasa menjadi "beban keluarga". Baru pertama saya rasakan. Namun tidak dengan mereka, mereka sama sekali tidak terbebani. Mereka dengan sabar mengurus, dan mendukung saya baik itu secara finansial maupun semangat. Di point itu saya sadar, betapa beruntungnya saya menjadi bagian dari keluarga ini. Mereka sangat menyayangi saya. Merekalah orang orang baik sekaligus figur figur hebat di mata saya.
Saya tidak tau lagi bagaimanan saya harus mengungkapkan perasaan ini...
Terimakasih Ibuk, Bapak, Mbak Ifah, Mas Aan, Mas Arif, Mbak Keke, Mbak Wiwik, Mas Ichwan, dan semuanya...
Saya sungguh tidak bisa meneruskan kata kata ini lagi...
Minggu Ke-6 (Revolusi Mental)
Suatu part yang masih membekas jelas dibenak ini..
Berawal dari sebuah kabar dari sepupu saya, Mbak Wulan, saya harus segera ke Malang untuk sesuatu hal yang urgent. Kala itu informasi saya dapatkan ketika saya masih berada di lingkungan kampus, mengurus ini itu yang saya tinggalkan beberapa waktu sebelumnya. Dan ketika saya sampai di kos (re: rumah bude) kakak pertama saya, Mas Aan, sudah berada di kamar saya. Menyambut saya dengan senyum, pelukan dan secangkir teh hangat. Saya sangat tau situasi saat itu, tanpa banyak bicara saya segera bersiap untuk pergi ke Malang.
Semua urusan akomodasi pulang pergi, obat obatan yang harus saya ambil di apotek, ransel, semu sudah dipersiapkan dengan sangat rapi oleh kakak saya.
Kepergian saya saat itu sangatlah kental dengan bumbu dramatisir, untuk pertama kalinya saya pergi ke luar kota seorang diri dengan keadaan yang sangat sangat kacau dan situasi yang 'membingungkan'.
Waktu itu kala maghrib, dan jemputan saya pun tiba.
Setelah selesai berbicara dengan seorang teman untuk menitipkan saya, kakak lalu menghampiri saya: membawakan ini itu, berpesan ini itu, mengingatkan ini itu, dan sambil membenahi jaket saya, ia pun lalu berkata,"Jangan pernah takut! Kau pasti akan sembuh, hati hati dan kabari jika ada apa apa. ". Jangan pernah takut! Jangan Pernah Takut! JANGAN PERNAH TAKUT! Itulah pesan yang selalu ia camkan kepada saya sejak saya masih kecil. Sebuah kalimat yang membuat saya tanpa berpikir panjang, untuk langsung memeluknya dengan sangat erat sambil berdoa dalam hati," lindungi perisaiku ini ya Allah, sayangi dia.. [text perbincangan batin]... Saya Berjanji Saya Akan Sembuh! Saya akan sembuh untuk orang-orang yang menyayangi saya ini. Saya pasti sembuh!
Jogja gerimis,
Dan saya mulai menangis (lagi) untuk kesekian kalinya.. menangis karena sesaknya sebuah perasaan yang hangat akan
rasa cinta dan kasih sayang dari kakak ke adik kecilnya,
Adik yang sangat ia sayangi.
Keesokan Harinya, Sulfat Kota Malang
Mbak Wulan, menyambut saya dengan semangat dan peluk hangat di kediamannya. Tidak mengulur waktu, setelah selesai mandi dan sarapan saya langsung menuju ke tempat dimana saya harus berada.
Mungkin disini kalian akan berfikir, apa yang sebenarnya saya lakukan di Malang? Jawabannya adalah pencucian secara fisik dan mental!
Ya, Malang adalah titik kebangkitan kepercayadirian saya. Tempat saya mengalami Revolusi Mental di 2015! Saya benar benar merasa 'kembali lagi' saat hidup beberapa hari di Malang. Sepupu saya mengajarkan saya untuk berani. Untuk menepiskan pandangan pandangan orang lain terhadap diri saya sendiri, belajar menjadi pribadi cuek! melepaskan segala bentuk beban yang membuat saya 'down'. Benar benar melupakan segala bentuk kekhawatiran, dan kekalutan yang sekali dua kali muncul.
Saya mulai berani memandang cermin :')
Saya kembali memakanan makanan favorite saya, mulai dari Choco Devil-nya Harvest, rujak Ananas, sampai sambel super pedasnya Bu Atik! Saya melupakan larangan makanan minyak, pedas, dan gula. Merubah kebosanan menjejalkan sayuran rebus hambar ke mulut saya.
Sepupu saya mengembalikan kepercayaan diri saya lewat cara cara hunting kuliner, shopping, dan bahkan olahraga festival Colour Run UMM. Tiga hari di Malang adalah sebuah titik awal saya yang baru!
Waktu berlalu, Minggu ke-7
Saya tidak tau apa yang salah. penyakit ini tidak kunjung usai. Dokter selalu memberikan obat yang sama, hanya dosisnya yang diganti. dokter selanjutnya juga demikian, begitu juga yang selanjutnya.
Kala itu Saya juga sudah berusaha “mengembalikan keadaan”. Saya sudah mencari dokter kemana mana tapi, mencari alternative ini itu, kesana kemari. Saya lelah, dan saya tau orang tua saya sangat sangat sangat khawatir dengan keadaan saya.
Saya tidak tau apa yang salah. penyakit ini tidak kunjung usai. Dokter selalu memberikan obat yang sama, hanya dosisnya yang diganti. dokter selanjutnya juga demikian, begitu juga yang selanjutnya.
Kala itu Saya juga sudah berusaha “mengembalikan keadaan”. Saya sudah mencari dokter kemana mana tapi, mencari alternative ini itu, kesana kemari. Saya lelah, dan saya tau orang tua saya sangat sangat sangat khawatir dengan keadaan saya.
Minggu 2 di Pulau Seliu (Agustus, 2015) |
“Tidak cukup hanya sebatas hati yang lapang, namun kita perlu mengajarkan hati kita untuk bisa berani. dan Lebih berani lagi”
Tolong berikan penekanan pada kata “Cukup”. Bukan pada kata “Tidak” dan “Hanya”. Karena Hanya disini bukan sekedar hanya. Karena Tidak disini bukan berarti “Tidak Membutuhkan”.
Minggu Ke-8
-- Ia benar-benar memeluk hati ini
dengan begitu damainya --
Tanjung Marang Bulo (Agustus, 2015) |
Sepulang dari Malang Allah mempertemukan saya dengan dr. Soebono. Beliaulah yang melakukan operasi kecil pada kerak kerak luka di muka saya. Semenjak pasca operasi itu, saya selalu membawa botol infuse kemanapun saya pergi.
Namun beliau berkata,"Butuh waktu pengobatan intensif berbulan bulan untuk meredakan radangmu ini. Dan waktu menahun untuk memulihkan wajahmu kembali seperti semula. Kau masih yakin untuk KKN? Keadaan disana tidak mendukung kesembuhanmu"
Perkataan beliau membuat saya lega. Sungguh! Lega akan rasa pasrah, ikhlas terhadap ketentuan-Nya. Ketentuan-Mu pasti yang terbaik..
Namun beliau berkata,"Butuh waktu pengobatan intensif berbulan bulan untuk meredakan radangmu ini. Dan waktu menahun untuk memulihkan wajahmu kembali seperti semula. Kau masih yakin untuk KKN? Keadaan disana tidak mendukung kesembuhanmu"
Perkataan beliau membuat saya lega. Sungguh! Lega akan rasa pasrah, ikhlas terhadap ketentuan-Nya. Ketentuan-Mu pasti yang terbaik..
Minggu ke-8ampai ke-14 (We're Ready for Charity)
Seorang sahabat pernah bercerita tentang padradoks “Quantum Mechanic” Kucing Schrodinger. Ya, setidaknya saya merasa menjadi kucing schrodinger sakit yang masuk ke pulau bernama Pulau Seliu. Di dalam kotak, ada kemungkinan zat radioaktif habis menguap dan mempengaruhi keseimbangan palu yang kemudian memecahkan botol sianida sehingga si kucing mati. Namun kemungkinan lain zat tersebut tidak mempengaruhi kinerja dari palu, karena dia belum sampai pada masa habisnya. Tapi, ingatkah? Kucing bukanlah benda mati. Bukan tidak mungkin jika ia menganggu sistem dari keseimbangan palu itu sendiri? Ya! Selalu ada probabilistik di dunia ini. Dan saya dihadapkan dua probabilistic: Saya akan semakin terpuruk atau malah sebaliknya, saya keluar dari kotak ini dengan keadaan sembuh! Dunia ini memang penuh dengan pilihan. Dan saya memilih untuk pilihan kedua.
Soekarno Hatta Airport (July 31st 2015) |
Keberangkatan saya ke masa
pengabdian KKN UGM ke Pulau Seliu bersama Keluarga BBL-11. Keberangkatan menuju
pulau kecil, terpencil, susah sekali signal, super panas, berdebu dengan ketersediaan
air bersih yang minim.
Tetapi sampai saat ini saya masih tidak menyangka, air payau layaknya warna teh itu bisa memberikan berkah kepada saya. Air laut super asin itu bisa menjadi pengganti air di botol-botol infuse yang selama saya sakit perlu saya gunakan untuk terapi muka saya.
Tetapi sampai saat ini saya masih tidak menyangka, air payau layaknya warna teh itu bisa memberikan berkah kepada saya. Air laut super asin itu bisa menjadi pengganti air di botol-botol infuse yang selama saya sakit perlu saya gunakan untuk terapi muka saya.
Keberangkatan itu menjadi
Momentum Puncak Cerita dari 2015. Pulau tersyahdu, pulau ternyaman, terindah,
pulau yang selalu saya rindukan. Pulau lima ratus tujuh memori (Setidaknya ada 507 lembar di buku diary
saya) membicarakan segala tethek mbengek pulau ini
Singkat cerita saya berangkat
tanpa berbekal obat apapun, karena obat
masih berada di waiting list. Obat dari penyakit saya tidak bisa saya dapatkan di
pasar medis Indonesia. Dalam part ini
saya ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada sepupu-sepupu saya, Mbak Ita dan Mbak Danny, yang
membantu saya mendapatkan obat itu. Terlebih mempertemukan saya dengan dr.
Irfan (seorang dokter dari India yang membantu penyembuhan saya lewat konsultasi onlinenya. dr.Irfan adalah dokter spesialis saya setelah dr. Soebono. Singkat cerita, waktu itu dr. Soebono harus berangkat ke Australi dan itu artinya pengobatan intensif saya ke beliau tidak disa dilanjutkan. Seminggu sebelum saya berangkat KKN)
Pulau Seliu ('Your Arms' is The Most Peaceful Place Ever)
Minggu terberat saya untuk beradaptasi dengan cuaca baru. Cuaca super panas yang tidak bisa dan tidak mau saya keluhkan! karena itulah pilihan sekaligus keputusan saya waktu itu: Berangkat ke Pulau Seliu bagaimanapun keadaannya.
Saya mengandalkan rajikan herbal untuk pengobatan saya (perasan temulawak yang membuat jemari saya selalu bewarna kuning)
Minggu terberat saya untuk beradaptasi dengan cuaca baru. Cuaca super panas yang tidak bisa dan tidak mau saya keluhkan! karena itulah pilihan sekaligus keputusan saya waktu itu: Berangkat ke Pulau Seliu bagaimanapun keadaannya.
Saya mengandalkan rajikan herbal untuk pengobatan saya (perasan temulawak yang membuat jemari saya selalu bewarna kuning)
Hello Yellow Fingers |
Terbayangkah anda jika setiap hari rasa nyeri dan panas di wajah selalu setia menemani? Dan (MAAF) selalu ada bercak darah bercampur nanah di hijab/ mukena anda/ di cover bantal anda ketika anda bangun tidur? Rasa pegal ketika akan tersenyum? atau harus dengan sabar mengipas wajah setelah wudlu? dan.. yang paling menyiksa kala itu adalah: terbayangkah ketika ingin sekali anda menikmati waktu bersujud tapi tak bisa anda capai permukaan bumi milik-Nya ini? Kalimat terakhir ini yang membuat saya sadar akan besarnya nikmat Kesehatan dari Allah yang telah diberikan kepada saya di masa lalu. Nikmatnya Ibadah ketika kita bisa membasuh dan mengusap wajah dengan segarnya air wudlu serta nikmat waktu ‘berbincang’ dan menyandarkan semua beban lewat sujud.Pada saat itu, sungguh semua itu tidak bisa lakukan ‘secara sempurna’. Saya rindu berbisik ke bumi-nya..
Namun, pada titik yang sama saya menemukan kenikmatan-kenikamatan lain yang belum pernah saya rasakan sebelumnya. Kenikmatan besar yang berhasil (dan hanya berhasil) saya rengkuh atas izin-Nya, lewat sakit itu. Hati ini sesak dengan perasaan hangat, cinta, dan rentetean kesadaran-kesadaran yang baru (terlambat) saya sadari. Saya menemukan beberapa jawaban dari pertanyaan yang bahkan saya lupa kapan bertanyanya. Yang paling melegakan adalah lunturnya bongkahan keraguan yang selama ini terpendam, dan menyusupnya sebuah kepercayaan dengan gaung maha megah.
Terlepas dari omongan-omongan manusia ataupun keinginan untuk sembuh, “Kedekatan” dan perasaan damai tentram di hati sudah lebih dari cukup. Kesembuhan malah menjadikan sebuah paradigma kekhawatiran baru; Bagaimana jika saya sembuh pelukan-Nya Ini akan Ia lepaskan?
Di suatu subuh, dengan sedikit rasa ngantuk, saya sangat kaget! saya bisa mengusap dan meraba muka saya sendiri dengan air
wudlu. Ya, saya bisa meraba muka saya sendiri tanpa rasa sakit! Saya mulai bisa rukuk dan sujud tanpa merasakan nyeri lagi, dan bahkan saya bisa memakai mukena dengan sangat nyaman kala itu! Sederhana memang...
Tapi sungguh, itulah puncak rasa syukur saya kala itu. Allah kembali merengkuh saya dengan begitu erat. Tidak bisa lagi saya ceritakan betapa nikmatnya sujud saya kala itu...
Tapi sungguh, itulah puncak rasa syukur saya kala itu. Allah kembali merengkuh saya dengan begitu erat. Tidak bisa lagi saya ceritakan betapa nikmatnya sujud saya kala itu...
Idul Fitri (2015) |
Mungkin dari beberapa orang yang membaca curhatan saya ini sekarang sedang mengangguk, mengapa BBL-11 benar-benar menjadi berarti bagi saya. Ya, mereka menemani saya 24 jam x 60 hari. Mereka menyaksikan dan mendukung saya secara langsung maupun tidak langsung.
Sekar-Voila-Dida-Chika (Agustus 2015) |
Seorang teman yang polos ”Did.. kamulah orang beruntung itu. Kamu yang ikhlas ya did, karena
lewat ini insyaAllah Allah akan mengangkat derajatmu”. Dia menyerahkan buku
bersampul kuning. Di buku itu saya masih ingat jelas beberapa kutipan:
"Allah memberikan sakit kepada kita karena Allah sayang kepada kita"
Allah ingin menggugurkan dosa dosa kita
Allah ingin mengangkat derajat kita
Allah memberikan peringatan agar kita tau nikmat-nikmatNya
Allah mengingatkan kita dari kelalaian
Allah rindu kehadiran kita
Allah rindu kedekatan kita
Allah rindu sujud panjang kita
Allah
Allah
Allah..
"Allah memberikan sakit kepada kita karena Allah sayang kepada kita"
Allah ingin menggugurkan dosa dosa kita
Allah ingin mengangkat derajat kita
Allah memberikan peringatan agar kita tau nikmat-nikmatNya
Allah mengingatkan kita dari kelalaian
Allah rindu kehadiran kita
Allah rindu kedekatan kita
Allah rindu sujud panjang kita
Allah
Allah
Allah..
Lulu-Dida-Ria erlani-Rima (September 2015) |
Ada yang suka memeriksa muka saya
setiap hari dan pada akhir masa dia berkata,” MasyaAllah.. dida, kamu
benar-benar sembuh. Dida udah cantik lagi..” dan dia langsung memeluk saya
erat.
Atau perkataan seorang kakak ini:
“Did, sekarang kamu ngak pake perawatan apapun kan? besok setelah pulang dari
sini ini aku temenin kmu ke dokter kenalanku di Behati ya. Kalau kamu mau, aku
siap kok nemenin kamu.” atau perkataan mereka mereka,"Kamu pasti sembuh!"
Ria putri-Voila-Cho-Dida-Rima-Hanny (Agustus, 2015) |
Atau dua pasang mata tajam sekaligus lembut itu? Selalu menatap saya seakan
tidak ada yang salah dari muka saya sedari awal. Mulutnya terdiam, tak ada
satupun kalimat tanya apalagi dukungan, tapi tatapan mereka jelas mengatakan: It’s all gonna be Ok. You can did it!
Beberapa ibu-ibu yang menangis ketika melihat saya sambil berkata,” yang sabar ya Nduk”, sambil membagi pelukan hangat mereka.Kalimat kalimat itu masih sering terngiang di telinga saya sampai saat ini, dan air mata selalu terjatuh ketika merasakan hangatnya perhatian dari mereka-mereka.
Terlepas dari cerita kegiatan
selama pengabdian, saya ingin berbagi beberapa potongan-potongan memori saya
bersama mereka. Mereka yang berada di lingkar saya, mendukung dalam bentuk semangat..
Rima-Agian-Dida-Eca (Februari, 2016) |
Nisia-Citra-Nia-Dida-Haprinda-Gita (Februari, 2016) |
Isna-Ariska-Dida-Anan (Oktober, 2015) |
Alviana-Dida (September, 2015) |
Adel-Dida (Maret, 2015) |
Allah memberikan pelajaran ini kepada saya, untuk saya bagi kepada yang lain
Kesembuhan saya adalah berkah dari doa orang orang baik yang menyayangi saya..
Kesembuhan saya adalah berkah dari doa orang orang baik yang menyayangi saya..
Pembelajaran dari kesembuhan ini milik kita semua
Untuk terus senantiasa bersyukur
Untuk terus merenguh berkah di setiapa titah-Nya
Untuk kita mau belajar dari kesalahan,
Dan mau memberanikan diri untuk memaafkan diri sendiri atas masa lalunya
Untuk terus senantiasa bersyukur
Untuk terus merenguh berkah di setiapa titah-Nya
Untuk kita mau belajar dari kesalahan,
Dan mau memberanikan diri untuk memaafkan diri sendiri atas masa lalunya
Karena Allah sayang kepada saya
Dia tidak membiarkan saya terjerumus terlalu dalam
Dia mengingatkan saya
Dia Yang menarik saya dengan penuh kelembutan,
Mengajak Saya Bicara Lewat Bahasa Ilahi-Nya
Mengajak Saya Bicara Lewat Bahasa Ilahi-Nya
24 November 2016
Saat ini saya tidak bisa berhenti
hentinya bersyukur atas momentum 2015 yang terjadi saat itu.
Sayalah orang beruntung itu.
Sayalah orang beruntung itu.
Perhatikanlah ketika Ia sedang berbisik kepadamu
Rasakanlah hadir-Nya ketika Ia memelukmu..
“Have a Brave Heart”
didaKHF
4 komentar
Allah menunjukkan cintaNya pada mu dengan cara romantis Did ;)
BalasHapusJadi kangem kamu sejadi-jadinya. Semoga kamu selalu dalam lindunganNya. Aamiinn
Alhamdulillah Za, walaupun masih dikata dida masih sangat sangat "apa banget". Semoga Allah selalu memberikan jalan yang lurus untuk kita Za :') Tegur dan ingatkan dida kalau dida "lupa". Semoga Za dan keluarga senantiasa diberikan kesehatan, dan berkah.Amin. Semangat Reza Umamiku!!!
HapusDidaaaa.. Aku baru sempet baca ini :D
BalasHapusSalut sama Dida ;)
Satu hal yang aku pelajari Did, Allah itu sayang sama hambaNya, cuman caranya aja yang beda-beda :D
"Allah akan menaikkan derajat hambanya dengan dua cara, dengan mengangkatnya tinggi-tinggi atau dengan menjatuhkannya sejatuh-jatuhnya dan membuatnya bangkit lagi" ini kata Masgun tapi aku juga merasa kata-kata itu bener banget :"
Tinggal bagaimana kita menyikapi setiap hal yang datang pada kita, akankah kita termasuk hambaNya yang bisa mengambil hikmah? :)
Aku banyak ngerti ini itu juga lewat kamu Ri. Terimakasih :) Semoga kita selalu menjadi hamba yang bisa merengkuh berkah-Nya. Amin yo Ri, Semangatt 55!!
Hapus