PEREMPUAN: KEHORMATAN PEREMPUAN
07.41.00
-Kita berhak beropini, dan kita harus menghormati opini orang lain. Kita
harus memahami yang lain, dan lebih bjak jika kita memahamkan orang lain-
Perempuan atau Wanita?
Sebenarnya saya sendiri tidak tau jelas mana yang
lebih “pantas” digunakan untuk menyebutkan suatu gender. Ada yang bilang
“Perempuan” bermakna lebih terhormat dibandingkan dengan “Wanita”. Mungkin ini bisa dijadikan refrensi:Perbedaan Perempuan dan Wanita . Tetapi
sebagian besar publik menganggap kata Wanita lebih memiliki kesan “terhormat”
dan “dewasa serta berwibawa” dibandingkan dengan kata Perempuan. Re: Memilih Istilah Perempuan atau Wanita
-Baiklah, sangat panjang untuk memperdebatkan itu -
(Sumber Gambar: Art Colour Full Draw )
Berawal dari membaca beberapa buku dan referensi, sharing, serta belajar dari “Kehidupan
Real”, pencarian iseng-iseng di waktu senggang saya selama ini malah menjadi suatu
topik yang tidak berujung. Makasudnya?
Ya bagaimana tidak, saat saya bertanya akan suatu hal yang menyangkut topik mengenai
“Perempuan” dan lalu mendapatkan suatu jawaban ataupun wawasan baru, maka biasanya
setelah teori itu masuk ke kepala seakan muncul tanda tanya–tanda tanya yang
semakin berakar kuadrat dua. Setelah saya berusaha cari lagi jawabannya atau “tidak
sengaja” menemukan jawaban tanda Tanya tersebut di sekitar, maka muncul
dugaan-dugaan baru yang akhirnya juga membuahkan opini dan tanda Tanya lagi.
Begitu seterusnya.
- Portia May Kalinin with Fishtail-bride -
Sumber Gambar: didaKHF (2015)
“Kecantikan, Kehormatan dan Kemuliaan”, topik mainstream
yang sangat erat kaitannya dengan kaum saya ini. Mungkin sudah bukan hal yang
baru, saya bahkan akrab dengan kalimat ini sejak kecil: ”Wanita cantik adalah
wanita yang cantik luar dalam”. Saya yakin kita juga sudah banyak membaca
ulasan yang barusan tadi, dan yakin mengerti “intisarinya” (InsyaAllah).
Tetapi, bagaimana dengan “Kehormatan”?
-Bahasan Kehormatan perempuan akan sangat luas untuk ditelaah, dan saya pun belum sepenuhnya mengerti dengan konsep tersebut-
Ketika saya mengetikkan Kehormatan Perempuan/ Kehormatan Wanita di search engine maka tentu saja halaman-halaman depan penuh dengan
definisi “Kehormatan” yang dikaitkan dengan (maaf) Keprawanan. Mindset saya juga sepeti itu, namun
seiring dengan berjalannya waktu lama kelamaan pengalaman dan pembelajaran
mengajarkan saya untuk berfikir dari berbagai sudut pandang yang lebih makro. Ya, seperti definisi
kecantikan tadi, kecantikan tidak hanya bersifat fisik saja tetapi juga ada ‘banyak
hal lain’ yang ikut memberikan sumbang sih dan memiliki proporsi khusus dalam
definisi “Kecantikan Perempuan”. Begitu halnya dengan Kehormatan.
Kehormatan
Seorang Wanita Tidak Hanya Sebatas ‘Kehormatan Saja’
[salah satu
kutipan dari sebuah karya film dalam negeri Tujuh Hati, Tujuh Cinta, Tujuh Wanita ini
sangat mengena sekali pada diri saya. Ada pengetahuan dan kesadaran-kesadaran
baru setelah saya menikmati film yang rilis di Indonesia pada tahun 2011
tersebut. Pembelajaran-pembelajaran baru yang terasa begitu benar dan nyata
- The Light - Sumber Gambar: didaKHF (2015) |
Sesuai dengan kutipan tersebut, kehormatan perempuan
tidak hanya melulu soal “kehormatan” saja, tetapi “Perilaku” dan “Kebesaran
Hatinya” juga cerminan dari “Kehormatan
Perempuan”. Dimana letak Kehormatan Perempuan
ketika perilakunya “tidak mencerminkan sebagai perempuan yang patut dihormati”?
jawabannya saya yakin kita pun mengerti.
Bahasan ini akan sangat panjang-
Dimana letak Kehormatan
Perempuan itu sendiri “ketika hatinya tidak bisa membendung perasaannya
sendiri”? Kebesaran hati dan
kelapangan perasaan seakan menjadi hal yang sering terlupakan. Ketika kami (perempuan)
menumpahkan seluruh isi perasaan kami di publik. Kami mengumbarkan dan membiarkan perasaan
kami berserakan di media-media sosia milik kami sendiri. Permasalahan hati juga kerap kami beritakan kepada sanak saudara sekitar.
Apa kah
perempuan tidak boleh “melahirkan isi perasaannya”? Lol.. maka semua itu hanya
sebatas teori. titik. Mungkin
sebaiknya kita Hanya Harus lebih Bijak. Lebih harus berfikir sebelum bertindak.
Lebih harus menggunakan otak ketika hendak berbicara. Tentu saya berpendapat seperti ini karena saya juga Manusia yang
pernah (re: sering) mengalaminya. Saya juga sering menyesal. ; #Titik Koma
Kemudian,
Saat ini saya hanya bertanya pada diri saya sendiri,
sekaligus menyimpulkan sendiri pokok permasalahan dari itu semua. Pada suatu
ketika saya bertanya: “Apa sebenarnya
yang menjadi masalah?”, lambat laun saya mengerti jawabannya: “Terkadang
perempuan lupa akan batas”. Begitu
banyak batas yang kami miliki. Salah
satunya batasnya dalam hal perasaan adalah batas mengenai: Mana yang perlu disampaikan, mana yang kurang perlu. Apakah ini penting? Tentu saja penting (menurut saya).
Karena problem ini
tidak hanya berhenti pada sebuah penyesalan pribadi setelah adanya upaya “Penyombongan
perasaan”. Tetapi lebih lanjut, ketika perempuan beranjak dewasa, perempuan
harus mempu melapangan perasaannya untuk dirinya sendiri dan orang lain. “Perempuan
Terhormat” harus mampu menyimpan suka dan duka perasaannya. Perempuan tidak
hanya wajib menjaga kehormatan dirinya sendiri, tetapi juga kehormatan suami serta
keluarga besarnya kelak. Karena:
Jika perempuan tidak bisa menghormati “kehormatan perilaku dan perasaan” milik dia sendiri, kehormatan apa lagi yang masih bisa diharapkan darinya?
#TitikKoma
-Setidaknya mungkin akan lebih baik, jika saya (perempuan) belajar dan terus belajar untuk
“Menghormati diri sendiri”. Untuk terus berupaya menjadi Sosok “Perempuan Terhormat”dan Mungkin pada akhirnya, suatu saat kita akan sepenuhnya mengertiBahwa kita adalah makhluk yang sangat berharga.Berharga karena “Kehormatannya”-
Di temaramnya senja,
dida KHF
1 komentar
dafabet dafabet bet365 bet365 dafabet link dafabet link 카지노사이트 카지노사이트 카지노사이트 카지노사이트 메리트카지노 메리트카지노 william hill william hill fun88 fun88 446
BalasHapus