Intro: Saya percaya bahwa takdir adalah hubungan dari sebab akibat
Ketika saya ingin bahagia, saya akan berfikir dulu apa yang bisa saya nikmati agar saya bisa bahagiaBlank Space, adalah sebutan saya untuk tampang asli dunia pasca kuliah strata satu saya... Dimana saya dihadapkan dengan kehidupan yang sebenarnya. Terhitung sejak Februari 2017 saya lulus dari pendidikan strata satu saya dan mendapatkan tiga huruf empat karakter dengan awalan koma setelah nama panjang saya:
Photo by: AFYP “Khoirunnida Husni Fajarria, S.TP”
Saya rasa tidak hanya saya yang merasakan adanya suatu 'perubahan' (re: sejenis 'tanggungan') setelah mahasiswa lulus dari rahim pendidikannya; serta mendapatkan beberapa karakter huruf tambahan dibelakang nama aslinya. Paling tidak secara pribadi bagi saya sendiri ini semacam 'bayi-bayi huruf dari almamater' yang harus dijaga dengan baik selayaknya nama baik keluarga dan harga diri kita
sendiri. Hadehh..
Menyambung bahasan The Blank Space Bagian Satu,
Sudah berulang kali saya tekankan bahwa Dunia The Blank Space ini semacam dunia entah berantah dimana seseorang (re: Saya) dipaksa untuk berebut oksigen didalamnya.
Menyambung bahasan The Blank Space Bagian Satu,
Sudah berulang kali saya tekankan bahwa Dunia The Blank Space ini semacam dunia entah berantah dimana seseorang (re: Saya) dipaksa untuk berebut oksigen didalamnya.
Menghadapi situasi ini, menjadikan saya terus terngiang suatu kutipan kalimat Salim A. Fillah, salah satu penulis yang masuk ke dalam list penulis favorit saya: Ketika seseorang dipaksa terjun ke samudera, Hanya ada dua pilihan yang bisa dilakukan: tenggelam atau menyelamTenggelam dan Menyelam. Pada prinsipnya keadaan sama, tetapi cara menyikapinya-lah yang sedikit berbeda. Tentu, saya memilih pilihan kedua: terjun dan "Menyelam". Oksigen yang bisa digunakan untuk bertahan hidup menyelam di Dunia The Blank Space tak lain hanyalah dengan "Bersyukur"
Danau Kaulin (2015) |
Perempuan Mandiri Adhiluhung Yogyakarta (2017) |
Baiklah, kini saya beralih bercerita tentang beberapa hal yang saya lakukan saat ini.
Jika ada yang kepo kepo gitu, menanyakan "dida lagi sibuk apaan sih sekarang?" "kamu lagi sibuk apa e did?" "Kamu sekarang dimana lagi ngapain e did?"
Saya mungkin hanya akan menanyakan nomor WA dan mengirimkan jawaban penjelasan lengkap melalui link dari draft ini: Saya.. sangat.. sangat... sibuk..
Ok! Siaran akan segera dimulai.. Atur posisi duduk senyaman mungkin dan selamat mendengarkan cerita...
Apa yang saya lakukan
selama ini?
Mencari kesibukan, tentu saja.. namanya juga job seeker ya kan? Kesibukan seperti apa sih yang dicari? Nah ini baru pertanyaan.. (Bukan hujatan, bukan sindiran) Jawabannya sudah pasti: Tentu saja kesibukan yang bermanfaat!
Jangan keliru, 'spasi' yang panjang ini ternyata juga terlampau mampu memberikan pengaruh perubahan secara psikis mental dan emosi bagi setiap makhluk di dalamnya. Seperti yang saya Re-mention di draft The Blank Space Bagian Satu, soal Post Power Syndrome (Penjelasan singkat bisa di klik di link). Sejauh yang saya tau dari berbagai sumber informasi, langkah awal yang perlu kita lakukan adalah "Mengakui". Mengakui keadaan kita yang sebenarnya, dan menerima atas apa yang terjadi. Setelah pengakuan dibuat tentu langkah selanjutnya berupaya untuk mencegah (re: menganggulang, mengobati, megurangi, mereduksi) dari Post Power Syndrome. Apa obat penanggulangnya? Ternyata jawabannya lagi lagi: Mencari kesibukan diri yang bermanfaat
Jangan keliru, 'spasi' yang panjang ini ternyata juga terlampau mampu memberikan pengaruh perubahan secara psikis mental dan emosi bagi setiap makhluk di dalamnya. Seperti yang saya Re-mention di draft The Blank Space Bagian Satu, soal Post Power Syndrome (Penjelasan singkat bisa di klik di link). Sejauh yang saya tau dari berbagai sumber informasi, langkah awal yang perlu kita lakukan adalah "Mengakui". Mengakui keadaan kita yang sebenarnya, dan menerima atas apa yang terjadi. Setelah pengakuan dibuat tentu langkah selanjutnya berupaya untuk mencegah (re: menganggulang, mengobati, megurangi, mereduksi) dari Post Power Syndrome. Apa obat penanggulangnya? Ternyata jawabannya lagi lagi: Mencari kesibukan diri yang bermanfaat
Saya sedikit banyak mengikuti
pelatihan dan seminar
Berbagai pelatihan dari dinas daerah setempat sangat banyak. Terutama
setiap daerah di DIY khususnya saat ini digalakkan pengembangan UMKM daerah.
Berbekal background usaha warung makan keluarga (See: Warung Sri Agung) bisa
menjadi tiket saya untuk masuk ke dinas-dinas mengikuti pelatihan dan bahkan
menjadi panitia kontrak yang masih satu lini dengan background pendidikan saya di kampus. Diantaranya mengenai quality control, GMP& HACCP, sertifikasi, packaging dan pemasaran.
(Ngomong ngomong butuh Info food safety dan perizinan sertifikasi makanan? Bisa email saya di: didakhf@yahoo.com)
Baru baru ini saya bergabung dengan forum Perempuan Mandiri Yogyakarta, yang mana forum tersebut berasal dari berbagai lapisan masyarakat (perempuan tentunya). Fokus untuk jangka terdekekat (dan sepertinya akan terus bertahap) berkutat pada persoalan krisis kesatuan NKRI: Dai Pancasila. Soal ini saya belum bisa banyak bercerita, yang jelas gerakan ini sendiri inisiasi dari pemerintahan DI. Yogyakarta yang dipimpin oleh GKR Hemas, menggandeng Proff Gunawan FEB UGM, dan beliau Bapak Gunawan dari LSM Yogyakarta
Jika ada yang langsung menilai saya masuk ke lubang politik dan pemerintahan... tunggu tunggu, enggak segitunya kok bebs.
Emang nama judulnya cenderung nasionalis juga Islam banget, tetapi ini lebih cenderung ke: sharing (dai) kebaikan (berdasarkan Pancasila). Lebih jauhnya.. saya belum bis menjelaskan detailnya
(Ngomong ngomong butuh Info food safety dan perizinan sertifikasi makanan? Bisa email saya di: didakhf@yahoo.com)
Baru baru ini saya bergabung dengan forum Perempuan Mandiri Yogyakarta, yang mana forum tersebut berasal dari berbagai lapisan masyarakat (perempuan tentunya). Fokus untuk jangka terdekekat (dan sepertinya akan terus bertahap) berkutat pada persoalan krisis kesatuan NKRI: Dai Pancasila. Soal ini saya belum bisa banyak bercerita, yang jelas gerakan ini sendiri inisiasi dari pemerintahan DI. Yogyakarta yang dipimpin oleh GKR Hemas, menggandeng Proff Gunawan FEB UGM, dan beliau Bapak Gunawan dari LSM Yogyakarta
Jika ada yang langsung menilai saya masuk ke lubang politik dan pemerintahan... tunggu tunggu, enggak segitunya kok bebs.
Emang nama judulnya cenderung nasionalis juga Islam banget, tetapi ini lebih cenderung ke: sharing (dai) kebaikan (berdasarkan Pancasila). Lebih jauhnya.. saya belum bis menjelaskan detailnya
“Bisnis?” Ya, Saya belajar "skill" management bisnis
Selama enam bulan terakhir saya menjadi semakin rajin untuk mengelola rumah makan milik keluarga. Kalau sebelum sebelumnya saya hanya setiap weekend bekerja disana, dan bekerja di bagaian front saja, saat ini saya bekerja di front, middle, dan juga backing (apalah maksudmu did..). Terlebih saat ini ibu saya (alhamdulillah) diberikan kesempatan untuk berangkat ibadah ke tanah suci, otomatis tanggungjawab rumah makan sepenuhnya diberikan kepada saya. Tanggung jawab mulai dari penjadwalan karyawan (Well, karena sistem kerja masih bersifat THL), belanja ke pasar pagi pagi buta :'), nyari 'melon emas' (re: tabung gas 3 kg) yang semakin hari semakin langka di daerah Gunungkidul juga melayani konsumen, koordinasi supplier dan sales, hampir semuanya... semua yang tak bisa saya ceritakan detailnya..
Setelah menjalani ini semua sendiri, ini membuat saya tersadar betapa semakin terkagumnya saya kepada ibu saya sendiri. Bagaimana bisa ibu saya memanage ini semua sendiri dengan kesibukan ibu di organisasi desa dan asosiasi ABDSI Gunungkidul, TPA pengajian di desa, mengurus rumah, kebun, dan tentu saja tanggung jawab di kantornya? Saya sangat jarang melihat beliau berdiam diri dirumah.. dan semakin hari saya semakin mengerti sekaligus terheran dengan ibu saya sendiri..
Ulas Kami di Google :) |
Walaupun usaha rumah makan ini masih sangat sangat kecil, karena karyawan harian kami juga hanya dua sampai empat orang saja, namun ini sungguh membuat saya belajar banyak. Bagaimana kita bersikap kepada customer dan supplier tentu saja, reward seperti apa untuk menghargai dan mempertahankan tingkat kinerja karyawan, bagaimana kita terus berpegang pada prinsip awal usaha rumah makan kami didirikan.."Management: Do the things right
Leadership: Do the right thingAd yang ingat itu kata-kata siapa?"
Setelah menjalani ini semua sendiri, ini membuat saya tersadar betapa semakin terkagumnya saya kepada ibu saya sendiri. Bagaimana bisa ibu saya memanage ini semua sendiri dengan kesibukan ibu di organisasi desa dan asosiasi ABDSI Gunungkidul, TPA pengajian di desa, mengurus rumah, kebun, dan tentu saja tanggung jawab di kantornya? Saya sangat jarang melihat beliau berdiam diri dirumah.. dan semakin hari saya semakin mengerti sekaligus terheran dengan ibu saya sendiri..
Terkait dengan kegiatan paling dominan ini, pertanyaan yang sering dihadapkan kepada saya oleh orang-orang
sekitar bahkan anggota keluarga sendiri, adalah: bagaimana jika usaha ini saya yang
meneruskan? Akan lebih baik begitu..
Tapi jujur (sedikit curhat) saya sungguh masih enggan. Ini bukan soal prospek atau tidak prospek, bukan soal untung atau rugi. Terlepas dari persoalan itu semua, Saya memiliki beberapa alasan pribadi yang hanya bisa sampai nyangkut di tenggorokan (sebenarnya). Semain saya menyelami diri saya saat ini, semakin saya mengerti akan idealisme yang (sebenarnya) masih kekuh saya pertahankan. Keegoisan saya mungkin? Prinsip? Keinginan? Ah, hampir sama! Saya hanya ingin membuat catatan hidup saya lebih bewarna dengan gelombanh riak riak perjalanan (jika boleh sedikit bilang). Andaikan saya harus hidup, saya ingin memulai kehidupan saya dengan kaki tangan saya sendiri, bukan karena sisi saudara apalagi orang tua.
Untuk kedepannya? Apakah Saya akan tetap seperti ini? Ini hanya soal waktu untuk mengetahui jawaban selanjutnya.
Tapi jujur (sedikit curhat) saya sungguh masih enggan. Ini bukan soal prospek atau tidak prospek, bukan soal untung atau rugi. Terlepas dari persoalan itu semua, Saya memiliki beberapa alasan pribadi yang hanya bisa sampai nyangkut di tenggorokan (sebenarnya). Semain saya menyelami diri saya saat ini, semakin saya mengerti akan idealisme yang (sebenarnya) masih kekuh saya pertahankan. Keegoisan saya mungkin? Prinsip? Keinginan? Ah, hampir sama! Saya hanya ingin membuat catatan hidup saya lebih bewarna dengan gelombanh riak riak perjalanan (jika boleh sedikit bilang). Andaikan saya harus hidup, saya ingin memulai kehidupan saya dengan kaki tangan saya sendiri, bukan karena sisi saudara apalagi orang tua.
Untuk kedepannya? Apakah Saya akan tetap seperti ini? Ini hanya soal waktu untuk mengetahui jawaban selanjutnya.
Saya menjadi sering bertemu
dengan tetangga rumah saya
Sangat memalukan
memang, saya terkadang lupa siapa nama embah yang itu, siapa nama adek yang
itu dan saya sering terkaget-kaget jika ada anak-anak puber tiba-tiba
memanggil saya dengan nama “Mbak Ida” sambil tertawa lebar. Siapa dia? Siapa
namanya? Salah satu anak yang saya ajari Alif Ba’ Ta’ kah? Atau bahkan anak
dari teman sebaya saya? Well, pada kenyataannya teman-teman SD saya sudah
hampir berkeluarga dan memiliki momongan yang sudah cukup sangat besar.
Beberapa waktu terakhir saya sering melibatkan diri di kegaiatan masyarakat sekitar, entah itu mulai dari yang kecil: nyapa-nyapa sambil ngehafalin nama orang, bersih-bersih, sampai ala ala 'Nyinom' (You know, membantu orang yang punya hajat). Banyak cerita menarik dari sekitar saya, ternyata.. (Mungkin ini akan saya tuliskan untuk draft selanjutnya. Mungkin..)
Saya belajar menajdi Tante Rumah Tangga
Yap! Berada dirumah dalam jangka waktu cukup lama membuat saya merambah pekerjaan rumah: Memasak. Pekerjaan yang sesungguhnya saya hindari sebelumnya, saat ini keadaan justru berbaik: saya malah tidak bisa keluar dari dapur. Saya mulai mengenal apa itu kapulaga, jinten, cengkeh, jika rasa masakannya seperti ini maka bumbu apa yang digunakan, jika kurang rasa yang seperti ini bumbu apa yang harusa saya koreksi. Ngomong ngomong saat ini saya menjadi master pasta di rumah (Anyway gemes ngak sih bacanya, sombong amat baru buat gituan doang hahahha. Maafkeun).
Beberapa waktu terakhir saya sering melibatkan diri di kegaiatan masyarakat sekitar, entah itu mulai dari yang kecil: nyapa-nyapa sambil ngehafalin nama orang, bersih-bersih, sampai ala ala 'Nyinom' (You know, membantu orang yang punya hajat). Banyak cerita menarik dari sekitar saya, ternyata.. (Mungkin ini akan saya tuliskan untuk draft selanjutnya. Mungkin..)
Saya belajar menajdi Tante Rumah Tangga
Yap! Berada dirumah dalam jangka waktu cukup lama membuat saya merambah pekerjaan rumah: Memasak. Pekerjaan yang sesungguhnya saya hindari sebelumnya, saat ini keadaan justru berbaik: saya malah tidak bisa keluar dari dapur. Saya mulai mengenal apa itu kapulaga, jinten, cengkeh, jika rasa masakannya seperti ini maka bumbu apa yang digunakan, jika kurang rasa yang seperti ini bumbu apa yang harusa saya koreksi. Ngomong ngomong saat ini saya menjadi master pasta di rumah (Anyway gemes ngak sih bacanya, sombong amat baru buat gituan doang hahahha. Maafkeun).
-Second Trial- |
-Nggak ada yang lebih menyenangkan dari pemandangan ini :') One Day with Mas Fayen- |
Almond Klapertart |
Baiklah, jujur ya.. sebenarnya saya itu bukan pecinta anak anak. Tau kan maksudnya? Seumur umur belum pernah sih ngeliat anak kecil terus girang sampe gila seteres gitu.. Ngeliat video bayi sepinter atau segembil apapun pipinya saya mah.. rada rada biasa aja gitu :' Saya justru bingung ketika temen temen saya bisa ngakak jungkir salto gigi ketika ngeliat video 'sepaket triple pipi bakpao'. Mungkin karena faktor kebanyakan keponakan juga kali ya? Dan buat saya mereka semua paling lucu, menggemaskan, menggeramkan, dan nomor satu di hati saya (ecieee hahah)
Bercerita soal anak kecil, mengasuh anak (re: keponakan) adalah pengalaman 'menantang' bagi saya (ya ampun pingin ketawa sampe nangis uwe nulis ini)..
Jika diminta sedikit bercerita hal paling berkesan tentu saja saya akan langsung ingat pengalaman pertama mengurus keponakan saya, Farrel (a.k.a Mas Fayen) seorang diri... anak berusia 2.3 tahun and You know, it's totally different ketika kita sekedar satu dua jam ketemu anak kecil terus kita teriak teriak girang: Ya ampun lucunya lucunya (syalalala)!
Taunya, coba sekali aja. 1 x 24 jam aja.. ngurus anak kecil..
Ngak bisa diceritakan lagi bagaimana perasaan campur aduknya! Yang jelas pengalaman ini memberikan semacam praktikum bagi saya sendiri: Kira-kira, gini ya jadi 'seorang ibu muda'..
Ketika kita harus berkomunikasi dengan manusia yang tidak bisa diajak komunikasi
Ketika kita harus mendahulukan dan mengagungkan 'kasih sayang' diatas kesabaran
Ketika kita selalu menjadi pemerhati dan si paling mengerti tanpa ada unsur kata 'harus' terselip didalamnya
Menikmati keadaan dengan cara masuk ke dunia mereka, ke dalam pola pikir imajinasi mereka
Ini semua sungguh menganggumkan!!
dan semua itu semakin membuat saya menikmati peran menjadi Tante Rumah Tangga.
Kumulasi dari kegiatan kegiatan tersebut (secara garis besar), sering sekali menjadikan saya kehabisan waktu. Sangat bisa sekali dikatakan bahwa saya sangat menikmati spasi dengan kesibukan yang beraneka ekspresi ini!
Untuk setiap jeda, saya ingin membuatnya lebih indah dan bermakna. Keindahan dari alur ceritanya akan semakin menarik jika saya menambahkan banyak tokoh tokoh baru dan plot plot yang belum pernah saya munculkan di cerita saya sebelum sebelumnya..
Dengan bangga saya bisa mengatakan bahwa Saya menjadi tokoh Job Seeker di part perjalanan Saya ini!
Saya menerima, dan saya sungguh-sungguh menghayati peran saya untuk benar benar menjadi "Job Seeker Sejati"
Persoalan kemana selanjutnya part ini akan dibawa? Kapan jangkar ini akan dinaikkan?
Saya sebagai manusia hanya mampu mengusahakan dan mempercayakan apa yang memang harus saya percayakan sepenuhnya.
Ok! Terimakasih
Dan sampai jumpa di postingan selanjutnya
Jika diminta sedikit bercerita hal paling berkesan tentu saja saya akan langsung ingat pengalaman pertama mengurus keponakan saya, Farrel (a.k.a Mas Fayen) seorang diri... anak berusia 2.3 tahun and You know, it's totally different ketika kita sekedar satu dua jam ketemu anak kecil terus kita teriak teriak girang: Ya ampun lucunya lucunya (syalalala)!
Taunya, coba sekali aja. 1 x 24 jam aja.. ngurus anak kecil..
Ngak bisa diceritakan lagi bagaimana perasaan campur aduknya! Yang jelas pengalaman ini memberikan semacam praktikum bagi saya sendiri: Kira-kira, gini ya jadi 'seorang ibu muda'..
Ketika kita harus berkomunikasi dengan manusia yang tidak bisa diajak komunikasi
Ketika kita harus mendahulukan dan mengagungkan 'kasih sayang' diatas kesabaran
Ketika kita selalu menjadi pemerhati dan si paling mengerti tanpa ada unsur kata 'harus' terselip didalamnya
Menikmati keadaan dengan cara masuk ke dunia mereka, ke dalam pola pikir imajinasi mereka
Ini semua sungguh menganggumkan!!
dan semua itu semakin membuat saya menikmati peran menjadi Tante Rumah Tangga.
Kumulasi dari kegiatan kegiatan tersebut (secara garis besar), sering sekali menjadikan saya kehabisan waktu. Sangat bisa sekali dikatakan bahwa saya sangat menikmati spasi dengan kesibukan yang beraneka ekspresi ini!
Bussines Class dari OJK-IDX |
Untuk setiap jeda, saya ingin membuatnya lebih indah dan bermakna. Keindahan dari alur ceritanya akan semakin menarik jika saya menambahkan banyak tokoh tokoh baru dan plot plot yang belum pernah saya munculkan di cerita saya sebelum sebelumnya..
Dengan bangga saya bisa mengatakan bahwa Saya menjadi tokoh Job Seeker di part perjalanan Saya ini!
Saya menerima, dan saya sungguh-sungguh menghayati peran saya untuk benar benar menjadi "Job Seeker Sejati"
Persoalan kemana selanjutnya part ini akan dibawa? Kapan jangkar ini akan dinaikkan?
Saya sebagai manusia hanya mampu mengusahakan dan mempercayakan apa yang memang harus saya percayakan sepenuhnya.
Ok! Terimakasih
Dan sampai jumpa di postingan selanjutnya
Salam Semangat 55!!
Khoirunnida Husni Fajarria, S.TP
- 00.09.00
- 2 Comments