Taman Kuliner Wonosari
Minggu, 06 Mei 2018
Sore ini saya duduk sendiri sambil menikmati beberapa camilan: kebab, rujak pedas, bakso bakar (that's my fav!) dan segelas es durian dari pawon duren.
'Suasana akrab yang ternyata saya rindukan', ucap saya dalam hati. Ini bukan soal bakso bakar, ini bukan soal taman kuliner kecintaan saya, tapi saya sedang berbicara soal 'suasana'. Waktu yang seperti melambat, dan saya menikmati suasana sore ini dengan senyum seiring ketikan jempol saya di layar hp.
Saya kemudian menyadari sesuatu: ternyata sudah lama saya kehilangan 'diri saya sendiri', saya banyak melewatkan suasana penghujung hari, karena saya sekarang tau.. Saya cukup lama tenggelam. (Titik).
Tenggelam dalam rutinitas (sedih banget gue nulis ini). Ya, saya akui beberapa waktu terakhir kesibukan saya benar benar padat merayap. Belum sampai saya selesai menghabiskan kopi yang ada di tangan kanan saya, beberapa cangkir diberikan ke saya lagi dan lagi dan lagi. Dua tangan saya tak sanggup membawanya hingga tumpah bercecer dimana mana. Waktu berlalu begitu cepat dan saya melewatkan banyak momen berharga di dalamnya.
Begitu saya sadar bahwa saya 'telah terlena' (sing: terlena.. Ooo.. Ku terlena) dengan sebagian kecil tanggung jawab saya sebagai manusia. Huh, saya mengenggam erat baut sekrup di badan transformer!
Bersamaan dengan 'sedikit beban' yang saya pikul saat ini.. Akhirnya saya memutuskan berhenti sejenak, dan menghela nafas cukup panjang. Ya, Did! Bangun! Mari menikmati waktu sendiri ini dengan segala mewahnya damai dalam hati (lagi)! menyapa manusia, duduk tertawa bersama. Mari menjadi manusia yang masih manusiawi!
Inilah saya yang baru sadar, bahwa rutinitas kerja memang membuat beberapa orang benar benar lupa segala hal (termasuk saya). Tanpa tersadar kita, memperdaya diri kita sendiri. Hingga kala duka menyapa, kita baru menyadari bahwa rutinitas ini hanyalah sampingan.
Ketika kita takut akan tuntutan hidup, ketika kita takut akan saldo rekening yang tak kunjung terisi, ketika kita takut belum kunjung tiba 'seseorang' yang menyapa, ketika kita takut akan kehidupan di masa depan kita..
Satu satunya perisai yang bisa menghalau kekhawatiran itu semua adalah dengan berpasrah. Setelah kita berusaha, kita lupa mempercayakan urusan kita kepada-Nya. Well, setidaknya saya yang lupa.. Sering lupa malah!
Satu satunya perisai yang bisa menghalau kekhawatiran itu semua adalah dengan berpasrah. Setelah kita berusaha, kita lupa mempercayakan urusan kita kepada-Nya. Well, setidaknya saya yang lupa.. Sering lupa malah!
Apakah saya sedang diperingatkan? Akhir akhir ini saya terlalu banyak mengkhawatirkan hidup saya. Terlalu khawatir..
Hingga tanpa saya sadari, bahwa kekhawatiran itu bisa menjadikan saya sebagai manusia yang menghina janji janji Allah. Janji akan nikamat dan 'jaminan' kita dari-Nya.
Saat ini, Dengan sepenuh hati yang berisi full tank 'kebimbangan' era umur 24-an..
Hingga tanpa saya sadari, bahwa kekhawatiran itu bisa menjadikan saya sebagai manusia yang menghina janji janji Allah. Janji akan nikamat dan 'jaminan' kita dari-Nya.
Saat ini, Dengan sepenuh hati yang berisi full tank 'kebimbangan' era umur 24-an..
Huh.. Mari datang dan mengetuk lagi:
Ya Allah, aku datang dan kupasrahkan hati ini pada-Mu dengan segala kebimbangannya..
Ya Allah, aku datang dan kupasrahkan hati ini pada-Mu dengan segala kebimbangannya..
Stasiun Lempuyangan, 06 Mei 2018 21:36WIB
didaKHF
- 07.39.00
- 0 Comments